DearAyuFitria ― Berikut ini abang ingin berbagi sebuah syair karya Ibnu Qayyim. Sebuah syair mengenai penyerahan diri sepenuhnya kepada Rabb pencipta sekalian alam. Syair yang sangat indah sekaligus memiliki makna mendalam. Sejalan dengan kualitas pikir dan keimanan yang dimiliki oleh Ibnu Qayyim.
Di dalam hati ini berantakan dan tidak akan terhimpun menyatu kembali kecuali menghadap Allah.
Di dalam hati ini terdapat keberingasan dan tidak akan dapat dihilangkan kecuali dengan turut mematuhi Allah.
Di dalam hati ini terdapat duka cita dan tidak akan sirna kecuali bersuka cita dengan ma’rifatullah dan tulus bergaul dengan-Nya.
Di dalam hati ini terdapat kegelisahan dan tidak akan pernah tenang kecuali menyatu dengan Allah dan lari kembali kepada-Nya.
Di dalam hati ini terdapat bara api kesedihan yang tidak akan dapat dipadamkan kecuali rela dengan perintah dan larangan Allah, Qada dan Qadar-Nya, dan menggantungkan kesabaran hinga datang waktu perjumpaan dengan-Nya.
Di dalam hati ini terdapat kebutuhan yang tidak akan dapat terpenuhi kecuali dengan mencintai Allah, menggantungkan diri kepada-Nya, terus berzikir mengingat-Nya, benar-benar tulus ikhlas kepada-Nya. Andaikata dunia dan semua isinya diberikan, maka selamanya tidak akan dapat menutupi kebutuhan itu.
Lalu, pelajaran apakah yang para sahabat dapatkan setelah membaca bait-bait syair indah di atas?
Mungkin setiap dari kita memaknai dan mengambil titik pelajaran yang berbeda dari syair di atas, namun abang sendiri memaknai syair tersebut dengan kesimpulan seperti ini.
Ada banyak hal yang mengganggu hati manusia sepanjang hidupnya di dunia. Hati yang hancur, kemarahan, duka, gelisah, sedih dan juga kebutuhan. Namun, seluruh gangguan hati tersebut tidak akan pernah dapat teratasi tanpa penyerahan diri sepenuhnya kepada Islam dengan segala aturannya.
Karena, seluruh kondisi hati yang terganggu tersebut, sesungguhnya begitu mudah untuk tercampuri oleh hawa nafsu manusia. Sebagaimana Ibnu Qayyim mengatakannya dalam kalimat terakhir,
Andaikata dunia dan semua isinya diberikan, maka selamanya tidak akan dapat menutupi kebutuhan itu.
Manusia merasa bahwa mereka membutuhkan banyak hal, namun kebanyakan dari kebutuhan itu, bukanlah sesuatu yang benar-benar mereka butuhkan, melainkan telah terbutakan oleh hawa nafsu manusia yang liar. ― BangYusuf
*) Syair dalam entri ini, dikutip dari Ibnu Qayyim, Ma’rijus Salikien